Waspada Covid-19 harus segera disadari masyarakat Indonesia. Jangan anggap remeh!
Ketix – Kasus merebaknya virus Corona di Italia harus segera menjadi perhatian semua warga Indonesia. Jangan anggap remeh persoalan ini. Pemerintah Indonesia juga telah menekankan jaga jarak untuk membantu mencegah penyebaran penyakit Covid-19.
Kasus di Italia per hari ini mencapai 63.927 kasus positif dengan jumlah 6.077 orang meninggal dunia. Ketika di awal penyebaran virus itu masyarakat Italia abai dengan penyebaran virus Corona. Itu jangan sampai terjadi di Indonesia. Berikut rangkuman kejadian penyebaran virus Corona di Italia yang dirangkum dari tulisan warga setempat.
Ketika kasus pertama diumumkan, sebagian besar orang Italia masih sangat menganggap hal itu tidak penting. Tanggal 22 Februari 2020 jumlah kasus positif Covid-19 mulai signifikan, dengan tercatat 75 orang. Bahkan ketika beberapa kota kecil mulai dikarantina, mereka masih menganggap remeh.
Jumlah kematian bertambah dengan 5.067 kasus positif pada 7 Maret 2020. Zona merah mulai diberlakukan. Wilayah yang dikarantina hampir 25% dari luas Italia. Sekolah dan universitas tutup. Tapi tempat kerja, bar, dan resoran masih buka. Sementara itu, 75% wilayah lain masih menganggap enteng virus Corona. Anjuran mencuci tangan ada di mana-mana. Tapi sekadar anjuran dan tak banyak yang melakukan. Sekitar 10.000 orang kabur dari zona merah sebelum resmi diberlakukan. Ini yang memperburuk situasi.
Jumlah kasus sangat meningkat. Sekolah dan universitas ditutup selama sebulan. Darurat nasional diberlakukan. Rumah sakit menambah kapasitas, seluruh kamar dibersihkan untuk memberi ruang bagi pasien Covid-19. Tapi tidak ada cukup dokter dan perawat. Para pensiunan dan mahasiswa kedokteran tingkat akhir dipanggil. Bekerja sebisanya. Dokter dan perawat mulai terinfeksi, lalu menyebarkannya ke keluarga mereka. Kondisi sudah seperti perang. Dokter harus memilih siapa yang akan diobati berdasarkan peluang bertahan hidup. Orang-orang mati karena tidak ada ruang lagi. Chaos. Sistem layanan kesehatan runtuh
Tanggal 9 Maret 2020 jumlah kasus telah mencapai 9.172 kasus. Seluruh Italia lockdown. Orang-orang hanya dapat pergi untuk keperluan darurat dan di bawah pengawasan. Semua bisnis masih dibuka, karena jika tidak ekonomi akan runtuh. Itu kebijakan pemerintah. Mulai ada ketakutan. Orang-orang mulai mengenakan masker dan sarung tangan. Tapi tetap saja ada orang yang tak menggubrisnya.
Pemerintah Italia berubah pikiran dua hari kemudian. Semua bisnis ditutup, mulai bar, restoran, pusat perbelanjaan, semua jenis toko, dan lainnya. Kecuali supermarket dan apotek. Penyebabnya karena dalam sehari jumlah kasus positif bertambah 2.313 kasus. Total 12.423 orang. Penduduk yang mau keluar rumah harus mendapat surat izin yang didapat dari pos pemeriksaan polisi yang disebar di berbagai lingkungan. Yang melanggar dikenai denda Rp3,3 juta. Pasien positif yang tidak mau mengkarantina diri dituntut dengan pasal pembunuhan yang hukumannya 1 sampai 12 tahun penjara.
Apa yang bisa kita pelajari dari Italia? Sebagai gambaran, luas Italia kurang lebih dua kali Pulau Jawa dengan penduduk sekitar 64 juta orang. Sementara, di Pulau Jawa berpenduduk sekitar 150 juta orang. Yang berarti penduduk di Pulau Jawa saja lebih padat dibanding di Italia. Ini bisa berisiko besar terhadap penyebaran virus Corona.
Di Indonesia per hari Selasa, 24 Maret 2020 telah tercatat 686 kasus positif dengan jumlah korban meninggal sebanyak 55 orang. Entah berapa banyak jumlahnya sebulan lagi kalau semua masih berjalan seperti ini. Pemerintah harus lebih tegas dan tanggap melakukan langkah-langkah mencegah penyebaran virus Corona.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti dikutip dari Kompas.com mengaku sudah memikirkan matang-matang opsi yang diambil untuk mencegah penyebaran virus Corona. “Di negara kita yang paling tepat adalah physical distancing, menjaga jarak aman,” ujar Jokowi dalam rapat terbatas melalui video conference dengan gubernur seluruh Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, 24 Maret 2020.
Jokowi mengatakan, setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam menghadapi pandemi Covid-19. Kebijakan itu diambil berdasarkan karakter, budaya, dan situasi masyarakat di negara masing-masing. Berdasarkan itu, Jokowi tidak melihat isolasi wilayah atau lockdown sebagai solusi bagi Indonesia. Kebijakan physical distancing atau jaga jarak justru dinilai akan lebih efektif. Namun, Jokowi menegaskan kebijakan jaga jarak ini harus diikuti oleh kedisiplinan masyarakat.
Masyarakat jangan ngeyel dan menganggap remah. Yuk, mulai dari diri sendiri. Jaga kebersihan lalu isolasi diri dan keluarga. Tidak keluar rumah kecuali sangat penting. Bahkan batasi berinteraksi dengan anggota keluarga yang sudah usia lanjut. Karena merekalah yang paling rentan terpapar virus Corona.
Ini saatnya memulai solidaritas. Yang mampu harus mulai membantu yang tidak mampu. Ini adalah bentuk usaha dan doa kita semua. Semoga badai Corona ini segera berlalu. Mari belajar dari Italia.
#dirumahaja #jagajarak #bersamalawancorona
Baca Juga: Rakyat Indonesia Jangan Ngeyel Belajar dari Italia