Saat ini, bukan hanya Pemerintah Indonesia saja yang mengalami kesulitan akibat wabah virus Corona, tapi seluruh dunia. Warga dunia diimbau berdiam diri sementara waktu di dalam rumah (stay at home) untuk menekan pandemi Covid-19.
Ketix – Menurut Kordinator Pusat Gerakan Indonesia Madani (GIM) Yuliana, perbedaan negara yang tingkat ekonominya mapan dengan Indonesia cukup signifikan. Warga Indonesia disuruh tinggal diam di rumah menjadi bingung. Bingung antara ingin ikuti aturan pemerintah dan tuntutan dapur di rumah.
“Imbauan untuk tetap tinggal di rumah itu tidak jadi masalah, jika hanya satu dua hari atau bahkan seminggu. Tapi, jika sampai berminggu-minggu akan menjadi masalah besar bagi mereka yang tidak mendapatkan gaji bulanan. Warga ingin mengikuti aturan pemerintah, di sisi lain mereka kehilangan penghasilan harian sehingga bisa menderita kelaparan,” ujar Yuliana.
Yuliana mengatakan, ”kebijakan pemerintah menjadi dilematis. Biasanya setiap kebijakan selalu berhadapan dengan orang-orang pintar atau yang punya banyak uang. Tapi sekarang yang dihadapi justru orang-orang yg tidak punya pekerjaan tetap.”
Orang-orang yang hidupnya hanya mengandalkan upah harian untuk bisa makan hari itu, seperti: kuli panggul pasar, tukang bakso, penjual gorengan keliling, pengamen, tukang ojek, tukang parkir, pak ogah, sopir, kernet, kuli bangunan, pengemis, gelandangan, dan lain sebagainya.
Dalam rangka mendukung pemutusan penyebaran Covid-19, Yuliana menyarankan sebaiknya Pemerintah Provinsi DKI membuka pasar murah atau memberi sembako gratis kepada warga-warga yang membutuhkannya melalui para Ketua RT/RW secara terpadu, tepat sasaran, dan hati-hati. Apalagi mengingat Jakarta merupakan korban virus Corona terbesar di Indonesia. Perlunya dukungan kesadaran dari warga masyarakat Jakarta agar tidak dalam kerumunan saat pembagian dan tertib.
Demikian saran yang baik dari Yuliana, sebab Jakarta itu memiliki lebih dari 31.000 RT dan 2.700 RW. Jika tiap RT dibagi sembako khusus bagi warga yg termasuk kategori tersebut ditambah pekerja Sosial sebanyak 75–100 paket, kondisinya tidak seperti sekarang.
Memang akan menelan biaya besar. Yuliana yakin angkanya tak akan menyentuh 1% dari APBD Provinsi DKI Jakarta. Lebih baik Pemprov DKI menunda pembangunan infrastruktur di tahun 2020. Alihkan sementara untuk sembako warga Jakarta agar tak membandel keluar rumah. “Harapan kita, dengan bantuan Pemprov dapat mengurangi masalah. Intinya mereka juga takut pada virus Corona. Ayo pemerintah daerah proaktif peduli sosial, kordinatif efektif, dan tetap jaga kesehatan ya”, tutup Yuliana yang juga aktif sebagai bendahara umum sebuah organisasi sosial.
Baca juga: 5 Rahasia Nurhayati Subakat Penyumbang Rp40 Miliar untuk Penanganan Corona