Ketix – Pandemi Covid-19 masih membatasi ruang gerak penduduk dunia. Tak hanya kegiatan perekonomian, pendidikan, hingga sosial juga terkena imbasnya. Beberapa negara sudah mulai sangat tertekan dampak penyebaran Covid-19 ini. Karena itu, di beberapa negara telah mulai memberlakukan relaksasi, terutama bagi mereka yang menerapkan kebijakan lockdown. Indonesia punya kebijakan Penerapan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan bervariasi tergantung rekomendasi pemerintah daerah dan keputusan Kementerian Kesehatan. Meski demikian, Indonesia juga mulai merasakan dampaknya, terutama di bidang ekonomi. Hal itu mendasari munculnya wacana “New Normal”, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di berbagai belahan dunia. Apa sih New Normal itu?
1. The Creator of New Normal
Istilah “New Normal” pertama kali digunakan oleh Roger McNamee, seorang investor yang mengulas dalam sebuah artikel oleh Polly LaBarre berjudul The New Normal di majalah Fast Company pada 30 April 2003.
“New Normal atau Normal Baru adalah suatu waktu ketika kemungkinan besar Anda bersedia bermain dengan aturan baru untuk jangka panjang. Dalam New Normal atau Normal Baru, lebih penting untuk melakukan hal-hal yang benar dibanding menyerah pada tirani urgensi.”
Roger McNamee, Pebisnis dan Investor
2. Transisi Raih Kemenangan
“Saat kami mempertimbangkan langkah transisi, kami harus akui bahwa tidak ada kemenangan yang cepat diraih. Kompleksitas dan ketidakpastian ada di depan kita. Yang berarti bahwa kita memasuki periode (New Normal) ketika kita mungkin perlu menyesuaikan langkah dengan cepat, meniadakan pembatasan sosial, dan membuka aktivitas sosial secara bertahap, sembari memantau efektivitas tindakan ini. Meski demikian, sebelum menerapkan konsep New Normal, pemerintah suatu negara harus memenuhi beberapa ketentuan yang telah ditetapkan WHO yaitu: harus punya bukti bahwa transmisi virus corona mampu dikendalikan; harus punya kapasitas sistem kesehatan masyarakat yang mumpuni; bisa meminimalisasi risiko penularan virus terutama di wilayah dengan kerentanan tinggi; menerapkan langkah-langkah pencegahan; memantau risiko penularan impor dari wilayah lain; dan melibatkan masyarakat untuk memberi masukan.”
Henri P. Kluge, Direktur Regional WHO untuk Eropa

3. Cara Hidup yang Berubah
“New Normal berarti cara hidup manusia yang berubah setelah adanya Covid-19. Hal ini mutlak, karena mau tak mau manusia harus menyesuaikan diri supaya tak tertular virus Corona. Kita kembalikan produktivitas dengan optimisme, karena kita juga tetap menerapkan berbagai mekanisme pencegahan. Ini penyakit berbahaya, tapi kita bisa mencegah dan menghindarinya.”
Joko Widodo, Presiden Indonesia, 15 Mei 2020
4. “Super-eling” Kebersihan dan Home-nomic
Kepada Ketix.id, King Bagus yang juga menulis 13 Prediksi Keramat New Normal yang Tidak Normal mengatakan “New Normal” ini mengharuskan kita makin aware dengan kebersihan.
“Pandemi membuat kita makin peduli kebersihan, pola hidup sehat dan banyak pekerjaan diselesaikan dari rumah untuk jaga jarak (physical distancing). Ini memberi momentum bisnis rumahan tumbuh masif, seperti menjalankan bisnis online kesehatan, skincare, pesan antar makanan higienis dari rumah, mengajar online atau meeting virtual. Ke depan makin banyak influencer berpikiran unik, inspiratif, bahkan kritis membawa perubahan baru. Hal ini disebabkan banyak menonton dan membaca selama #DirumahAja. Rumah akan menjadi epicentrum ekonomi baru (Home-nomics)!”
King Bagus, Founder Global Influencer School & Penulis Branding SinThink!
5. Perubahan Perilaku Beraktivitas Normal
“New Normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19. Secara sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu bentuk ‘New Normal’ atau kita harus beradaptasi dengan beraktivitas, dan bekerja. Transformasi ini untuk menata kehidupan dan perilaku baru ketika pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai vaksin Covid-19 ditemukan.”
Prof. Wiku Adisasmita, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
6. Normal Baru dengan Covid-19
“New Normal bisa diterapkan jika jumlah kasus baru yang positif sudah nol atau relatif kecil sekali. Sebelum ada Covid-19 kita berada di situasi normal. Mulai ada penderita positif Covid-19, kurvanya mulai naik secara eksponensial, bahkan hingga kini. Diharapkan pada suatu hari kurvanya melambat setelah mencapai titik tertinggi dan kemudian menurun. Ketika kurva sudah melandai tetapi belum mencapai garis normal yang sebelumnya, itulah yang disebut New Normal. Sementara posisi Indonesia saat ini berada di kurva yang masih naik, jadi belum pas jika dikatakan kita sudah New Normal.”
Hermanto J Siregar, Guru Besar Fakultas Ekonomi & Manajemen IPB
7. Bisa Jadi Bencana Besar
“Salah bila kita gembar gembor New Normal di saat penyebaran yang masih tinggi dan vaksin yang belum ditemukan. Bunuh diri massal namanya. New Normal hanya bisa dilakukan bila pemerintah berhasil menurunkan angka penyebaran virus. Jika tren kasus aktif belum menurun, New Normal seharusnya tidak diberlakukan. #BencanaBesar. Pemerintah selalu mengedepankan aspek ekonomi ketimbang kesehatan. Aspek pengendalian Covid-19 harus diutamakan.”
Mardani Ali Sera, Politikus PKS, 27 Mei 2020
8. Adaptasi Gaya Baru
“New Normal atau kenormalan baru adalah sebuah adaptasi gaya baru karena Covid-19 itu tidak bisa hilang total seperti TBC, HIV/AIDS, dan yang lainnya. Covid-19 itu hanya bisa dikontrol sampai di titik minimal. Itu adalah hal yang kita semua harus tahu. Kenormalan baru tersebut meliputi penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, dan yang lainnya.”
dr Tirta Mandira Hudhi, Influencer, 27 Mei 2020
9. Berpihak pada Rakyat Kecil
“Jalankan New Normal yang sesuai dengan versi kerakyatan, keadilan, dan kemakmuran akar rumput. Agar roda ekonomi yang mulai kelihatan berpihak pada rakyat kecil tetap berjalan dan kita bisa jalani New Normal. Mulai berinvestasi dengan emas, dan menghindari menyimpan uang di bank. Kalaupun terpaksa, lakukan hanya di Bank Pemerintah dan utamakan bank syariah. Jangan lagi datangi mal. Roda ekonomi berputar bukan di mal, tapi di pasar dan warung tetangga. Bukan di cafe atau restoran, tapi di warkop, toko pak haji sebelah, dan hanya makan di rumah. Juga gunakan hanya produk dalam negeri dan milik sendiri.”
Haikal Hassan, Juru Bicara Persaudaraan Alumni (PA) 212, 26 Mei 2020
10. Lahirnya Guru Digital dan Sekolah Digital
“New Normal itu sebagai akibat dari pandemi, sehingga diprediksi ke depan kebersihan itu akan diutamakan. Tapi, berdampak juga kepada aktivitas lainnya yang berubah dari dulunya tidak ada atau hanya sedikit, nanti akan menjadi ada dan menjadi banyak. Prediksi ke depan, sekolah-sekolah akan mempunyai portal belajar sendiri baik yang satu arah maupun yang dua arah. Kursus online akan menjamur, karena sekarang masyarakat sudah terbiasa online. Belajar online jadi keharusan.”
Guru Youtuber, Influencer dan Penyedia Jasa Pendidikan Daring

Baca juga: Hidup Berdampingan dengan Covid-19 dalam New Normal! Siapkah Indonesia?