Webinar Global Influencer School ungkapkan blockchain bisa jadi teknologi solusi transparansi keuangan.
Ketix – Dokumen berisi laporan bank-bank besar untuk intelijen Amerika Serikat bocor di kalangan media internasional. Seperti dikutip dari kompas.com, dokumen yang disebut dengan FinCEN Files itu memperlihatkan transaksi janggal bank-bank besar dunia yang diduga berkaitan dengan praktik pencucian uang. Mengutip BBC, Senin, 21 September 2020, FinCEN Files berisi 2.657 dokumen, yang di dalamnya terdapat 2.100 laporan aktivitas mencurigakan (Suspicious Activity Report/ SAR).
Ribuan laporan aktivitas mencurigakan itu diajukan bank-bank di AS ke sebuah unit Jaringan Intelijen Penegakan Kejahatan Keuangan AS, atau disebut FinCEN (Financial Crimes Enforcement Network) antara tahun 2000 dan 2017 dan mencakup transaksi senilai 2 triliun dollar AS atau sekitar Rp29.400 triliun.
Bocoran tersebut menunjukkan bagaimana uang diacak melalui beberapa bank besar di dunia. Para penjahat seperti pedagang narkotika, penyelundup, dan pelaku skema Ponzi menggunakan perusahaan Inggris anonim untuk menyembunyikan uangnya. Awalnya pada tahun 2019, perusahaan media AS, BuzzFeed News memperoleh dokumen besar dari catatan keuangan Departemen Keuangan AS (USDT).
BuzzFeed kemudian membagikan dengan Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional atau The International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ). Sebanyak 108 mitra media di 88 negara memperoleh bocoran dokumen milik intelijen AS tersebut. Selama 16 bulan terakhir, 400 jurnalis dari 88 negara menggali catatan yang bocor, melakukan wawancara dengan penyelidik dan korban, menuangkan catatan pengadilan dan arsip, serta meninjau data tentang jutaan transaksi yang terjadi antara 1999 dan 2017.

Tim ICIJ memperoleh akses ke 17.600 catatan tambahan dengan tautan ke lembaga keuangan melalui permintaan Undang-Undang Kebebasan Informasi serta dari sumber lain selama proses pelaporan investigasi. Sebagian besar SAR dalam File FinCEN berasal dari sejumlah kecil bank besar, yakni Deutsche Bank (982 laporan), Bank of New York Mellon (325 laporan), Standard Chartered Bank (232), JPMorgan Chase (107), Barclays (104), dan HSBC (73). Diakumulasi, bank-bank ini mengajukan lebih dari 85 persen SAR yang tercantum dalam FinCEN Files itu.
“Pengungkapan SAR yang tidak sah dapat mengganggu investigasi penegakan hukum yang sedang atau akan kami tegakkan. Membocorkan dokumen memungkinkan pelaku kriminal membuang bukti yang relevan dengan mengetahui adanya investigasi atau kemungkinan diinvestigasi. Membocorkan juga menempatkan saksi dan korban pada risiko cedera fisik,” Ketua Dewan FinCEN USDT, Jimmy Kirby.
Seperti dikutip dari bisnis.com, tercatat ada 19 bank di Indonesia, baik swasta maupun pemerintah, yang diduga menjadi tempat lalu lalang transaksi mencurigakan. Berikut listnya
– Bank DBS Indonesia
– Bank Mandiri
– Bank Windu Kentjana International
– Hongkong Shanghai Banking Corp
– Bank Central Asia
– Bank CIMB Niaga
– Bank Negara Indonesia
– Panin Bank
– Bank Nusantara Parahyangan
– Bank of India Indonesia
– Bank OCBC NISP
– Bank Danamon Indonesia
– Bank Commonwealth
– Bank UOB Indonesia
– Bank ICBC Indonesia
– Chinatrust Indonesia,
– Standard Chartered Bank
– Bank International Indonesia
– Citibank NA
Salah satu bank yang disebut dalam laporan tersebut misalnya PT Bank Central Asia Tbk. dengan lalu lintas 19 transaksi. Total penerimaan dana di bank swasta terbesar di Indonesia itu yang diidentifikasi FinCEN sebagai transaksi mencurigakan sebesar USD753.760 atau setara Rp11,14 miliar.

Blockchain sebagai Solusi Transparan Keuangan
Effendy Zulkifli, CEO Blockchain IoT Academy Asia (BIOTA) pada webinar Jadi Influencer di Era Masker dengan tema 13 Prediksi Horor Revolusi Industri 4.0, Minggu, 20 September 2020, mengungkapkan, blockchain bisa digunakan sebagai solusi teknologi transparan dalam keuangan.
Menurut dia revolusi industri 4.0 sudah mendominasi Indonesia, sementara teknologi 4.0 juga harus berkaitan dengan manusia. Salah satunya melalui finance technology, membangun ekosistem melalui teknologi blockchain. Bank yang membawa revolusi 4.0 harus berubah menjadi finance tech yang mampu memberikan revolusi kepada dunia.
Menurut Effendy, ada beberapa masalah yang bisa diselesaikan dengan blockchain. Beberapa di antaranya adalah blockchain for currency and transaction support, supply chains, juga banking and logistics issues. Karena itu, lanjut Effendy, blockchain bisa menjadi solusi untuk transparansi keuangan.
Baca juga: Aparat Cokelat Kena Prank Mbak Ida yang Viral Naik Motor Pakai “CD” Doang
