Ada yang kuat menahan malu memilih tidak mundur
Ketix– Kehadiran Staf Khusus Milenial yang awalnya membuat banyak orang berdecak kagum. Namun belum setahun, Peneliti Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai justru Staf Khusus Milenial presiden memperoleh citra negatif lantaran mereka dituding mencari jatah proyek di tengah pandemi Covid-19.
Saat itu eks Staf Khusus Milenial presiden, Andi Taufan Garuda Putra dinilai melibatkan perusahaannya, Amartha, untuk melakukan edukasi tentang Covid-19 di desa-desa. Seperti disebutkan kompas.com eks staf khusus milenial presiden lainnya yaitu Adamas Belva Devara juga dinilai memanfaatkan jabatannya agar perusahaannya Ruangguru, menjadi mitra pemerintah dala program Kartu Prakerja. Dua stafsus milenial ini, akhirnya mengundurkan diri setelah keduanya diduga terlibat konflik kepentingan.
Ada yang kuat menahan malu memilih tidak mundur
Selain Andi dan Belva, beberapa bulan yang lalu sempat menjadi perhatian publik staf khusus Aminudin Ma’ruf membuat blunder dengan surat perintah yang salah. Tapi Amin kuat menahan malu dan tidak mengundurkan diri seperti Andi dan belva. Blunder yang dilakukan Staf Khusus Milenial. Seperti disebutkan merdeka.com politikus PKS Bukhori Yusuf meminta Jokowi untuk mengevaluasi kinerja Staf Khusus Milenial, karena berpotensi mendatangkan korupsi model baru
Baca Juga: Stafsus Milenial Jokowi Bikin Ulah Jilid III, Direktur IPO Sarankan Pecat karena Memalukan Istana
“Saya khawatir jika tidak dilakukan evaluasi lembaga staf ini akan menjadi embrio KKN model baru,” kata dia, kepada merdeka.com
Bukan hanya Staf Khusus Milenial, baru-baru ini calon walikota Solo yang juga dari milenial Gibran Rakabuming Raka diduga terseret kasus korupsi Menteri Sosial untuk pengadaan Bantuan Sosial Covid-19. Walaupun belum terbukti jelas, sosok Gibran mengindikasikan milenial yang awalnya membanggakan, namun pada akhirnya berpotensi menghadirkan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) versi generasinya.