WFP sebut menengah atas rentan terinfeksi Corona, mulai orang kaya hingga Bangsawan.
Ketix – Virus Corona telah menyerang lebih dari 1,7 juta orang di dunia. Berdasarkan situs worldometers, sebanyak lebih dari 100 ribu orang telah meninggal dunia karena. Belum lama ini lembaga Program Pangan Dunia (World Food Programme atau WFP) merilis data yang mengatakan bahwa virus Corona lebih banyak menyerang masyarakat kelas menengah ke atas dibanding kelas menengah ke bawah.
Oleh WFP, data tersebut dikelompokkan menjadi empat kelas masyarakat berdasarkan pendapatan, yaitu kelas atas, menengah atas, menengah bawah, dan bawah. Dikutip dari detik.com yang melansir dari situs WFP, berikut ini data kasus virus Corona berdasarkan kelas masyarakat per tanggal 9 April 2020 pukul 23.59.
Kelas atas dengan kasus positif Corona: 1.292.025 orang dan korban meninggal dunia: 82.903 orang.
Kelas menengah atas dengan kasus positif Corona: 269.284 orang dan korban meninggal dunia: 11.211 orang
Kelas menengah bawah dengan kasus positif Corona: 30.672 orang dan korban meninggal dunia: 1.230 orang
Kelas bawah dengan kasus positif Corona: 2.452 orang dan korban meninggal dunia: 93 orang
Sementara, Kepala Balai Litbang Agama Makassar Saprillah membagi masyarakat menjadi dua kelas sosial, yaitu kelas menengah atau kaya dan kelas bawah atau miskin. Dan dia mengatakan bahwa pada faktanya Covid-19 adalah penyakit kelas menengah. Kelompok yang tertular dan menularkannya pertama kali adalah warga kelas menengah. Virus ini menyebar melalui relasi internasional kelompok elit. Atau, paling tidak mereka yang telah pulang dari perjalanan internasional seperti umrah.
Pasien-pasien awal bertipikal ini. Sebagai contoh, pasien 01 dan 02 di Indonesia adalah seorang seniman tari yang cukup terkenal di kalangan komunitas seni di Indonesia. Dia terpapar oleh koleganya dari Jepang. Menariknya, dalam kasus pasien 01 dan 02, pembantu rumah tangganya dinyatakan negatif. Contoh ini semakin terlihat ketika Menteri Perhubungan juga terpapar.
Demikian juga yang panik dan semangat merespons adalah kelas menengah. Menurut Saprillah, gerakan jaga jarak atau social distancing yang kemudian berubah menjadi physical distancing dan lockdown adalah teriakan kelas menengah. Gerakan ini cukup sukses di kalangan kelas menengah. Kampus, sekolah, kantor, bahkan tempat ibadah ditutup. Mal, hotel, dan tempat ngopi kelas menengah berkumpul mulai sepi.
Namun, lanjut Saprillah, gerakan jaga jarak itu juga dibarengi dengan panic buying. Masyarakat kelas menengah itu memborong segala keperluan untuk mencukupi hidup mereka selama 14 hari. Berbekal kekuatan ekonomi, mereka mengurung diri di rumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Namun hal ini terancam dengan sikap cuek kelompok kelas bawah. Sebagian dari kelas bawah ini justru menertawakan ketakutan kelas menengah terhadap virus ini. Kenapa? Karena bagi mereka, virus Corona ini adalah penyakit elite. Dan, para elit itu tidak banyak bergaul dengan rakyat kecuali untuk kepentingan yang bersifat politis.
Alasan lain, menurut Saprillah, warga kelas bawah sudah lama hidup dalam kekhawatiran karena ekonomi. Ancaman untuk kelaparan dan tidak mendapatkan penghasilan adalah ancaman klasik, yang sudah mereka rasakan bertahun-tahun. Tinggal di rumah sama saja mempercepat kematian. Pilihan satu-satunya adalah keluar rumah dan mengais di tengah ketidakpastian. Jadi, ketika kampanye jaga jarak mulai menggema dari kelas menengah, mereka hanya tertawa dan mengumpat.
Kira-kira begini suara hati mereka, “woi kalian minta kami tetap di rumah dengan segala bahasa asingmu untuk menyelamatkan jiwa kalian, tetapi kami sendiri akan mati di rumah. Siapa yang peduli kami?” Jadi, lanjut Saprillah, apabila warga kelas menengah ini benar-benar menginginkan jaga jarak berjalan, hal yang juga perlu dilakukan adalah mengaktifkan jaminan sosial. Kelas menengah harus bergerak untuk memastikan satu keluarga kelas bawah tidak meninggal dunia karena kelaparan selama kurun waktu jaga jarak. Karena itu, saat ini seharusnya kita kampanyekan mari berbagi. Selamatkan hidup mereka untuk menyelamatkan hidupmu!
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona Covid-19 Achmad Yurianto juga sempat mengutarakan hal kebalikan, yang kemudian sempat menimbulkan kontroversi. Menurut dia dibutuhkan kerjasama untuk mencegah penyebaran virus Corona. “Yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar. Dan yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya. Ini bisa menjadi kerjasama yang penting,” ujarnya.


Bangsawan Juga Terinfeksi Virus Corona
Beberapa orang tersohor diketahui telah terinfeksi virus Corona. Tidak hanya selebritis, kaum bangsawan, keluarga kerajaan, orang penting pemerintahan juga telah terinfeksi. Sebut saja 150 bangsawan Arab Saudi yang belakangan diketahui terinfeksi virus Corona. Seperti dikutip dari health.detik.com, Pangeran senior Kerajaan ArabSaudi dilaporkan menjalani masa perawatan intensif, beberapa anggota keluarga lain juga dikabarkan terinfeksi.
Raja Salman juga disebut telah mengasingkan diri untuk menjaga keselamatannya di sebuah istana pulau dekat Kota Jeddah di Laut Merah. Sementara Putra Mahkota Mohammed bin Salman, putranya dan penguasa de facto yang berusia 34 tahun dikabarkan mundur, dan banyak pula menteri yang pergi ke tempat terpencil di pantai yang sama. Di tempat itu rencananya akan dibangun kota futuristik yang dikenal dengan Neom. Pangeran Faisal bin Bandar pun dilaporkan terinfeksi virus Corona COVID-19. Menurut dokter dan orang-orang terdekat keluarga kerajaan, dia dinyatakan positif setelah melakukan perjalanan ke Eropa.
Salah satu putri Kerajaan Spanyol bahkan dinyatakan meninggal dunia setelah terinfeksi virus Corona, akhir Maret 2020 lalu. Seperti dikutip dari kompas.com, kasus ini dilaporkan sebagai korban pertama dari kalangan kerajaan. Putri Maria Teresa dari Keluarga Cabang Bourbon-Parma meninggal dalam usia 86 tahun, Kamis, 26 Maret 2020 di Paris, Prancis. Kabar kematian sepupu Raja Spanyol Felipe VI itu diumumkan saudaranya, Pangeran Sixto Enrique de Bourbon, dalam unggahan di laman Facebook.
Sebelumnya, Pangeran Charles, putra tertua Ratu Elizabeth II sekaligus ahli waris Kerajaan Inggris, juga dinyatakan positif terinfeksi virus Corona. Dalam keterangan Istana Clarence, Putra Mahkota berjuluk Prince of Wales itu menjalani isolasi di Skotlandia bersama istrnya, Camilla Duchess Cornwall. “Saat ini beliau berada dalam keadaan baik, dan bekerja dari rumah selama beberapa hari terakhir seperti biasa,” ujar pihak Istana. Istana Clarence menerangkan, tidak diketahui bagaimana ayah dari Pangeran Harry dan Pangeran William itu terserang virus corona. Kemudian pada pertengahan Maret, penguasa Monaco, Pangeran Albert II yang berusia 62 tahun, diumumkan juga positif terinfeksi virus Corona.
Tidak hanya Pangeran Charles, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga dikabarkan masuk ICU karena infeksi virus Corona. Seperti dikutip dari detik.com, Johnson menjalani perawatan ICU di St Thomas Hospital karena kondisi yang memburuk akibat virus Corona. Johnson dikonfirmasi positif Covid-19 pada 27 Maret 2020. Kondisi Johnson pun terus dipantau secara serius.
Baca juga: Tiongkok Salip Amerika Jadi Negara Adidaya?